Selasa, 02 Desember 2014

BAHAGIA YANG ISLAMI




MENGGAPAI MAKNA BAHAGIA ?



"Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS al-Hujuraat ayat 13).

الَّذِينَآَمَنُواوَتَطْمَئِنُّقُلُوبُهُمْبِذِكْرِاللَّهِأَلَابِذِكْرِاللَّهِتَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)

Muqaddimah


Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.

Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.

Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih.

"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu.

"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..."

"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..."

Mencari Bahagia Menurut Al-Quran Dan Sunnah

1. Beriman dan beramal soleh.

"Sesiapa yang beramal soleh baik lelaki ataupun perempuan dalam keadaan mereka beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan membalas mereka dengan apa yang mereka amalkan." (An-Nahl : 97)

  • Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahawa segolongan ulama' mentafsirkan bahawa kehidupan yang baik (dalam ayat ini) ialah rezeki halal dan baik (halalan toyyiban).
  • Saidina Ali pula mentafsirkannya dengan sifat qanaah (berasa cukup)

  • Ali bin Abi Thalhah dari Ibn 'Abbas meriwayatkan kehidupan yang baik itu adalah kebahagiaan.

2. Sentiasa mengingati Allah.

  • Dengan berzikir kita akan mendapat kelapangan dan ketenangan sekaligus bebas dari rasa gelisah dan gundah gulana.

Firman Allah : "Ketahuilah dengan mengingat (berzikir) kepada Allah akan tenang hati itu." (Al-Ra'd : 28)



3. Bersandar kepada Allah.

  • Dengan cara ini seorang hamba akan memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa dan kecewa.
  • Allah berfirman yang bermaksud : "Siapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya." (Al-Talaq :3)

4. Sentiasa mencari peluang berbuat baik.

  • Berbuat baik kepada makhluk dalam bentuk ucapan mahupun perbuatan dengan iklas dan mengharapkan pahala daripada Allah akan memberi ketenangan hati.

Firman-Nya, bermaksud : "Tidak ada kebaikan dalam kebanyakkan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan daripada orang yang menyuruh (manusia) untuk bersedekah atau berbuat kebaikan dan ketaatan atau memperbaiki hubungan antara manusia. Barang siapa melakukan hal itu kerana mengharapkan keredhaan Allah, nescaya kelak Kami akan berikan padanya pahala yang besar." (An-Nisa' : 114)



5. Tidak panjang angan-angan tentang masa depan dan tidak meratapi masa silam.



Rasulullah saw bersabda maksudnya : "Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan jangan lemah. Apabila menimpa akan kamu sesuatu (daripada perkara yang tidak disukai) janganlah engkau berkata : 'Seandainya aku melakukan ini nescaya akan begini dan begitu', akan tetapi katakanlah : 'Allah telah menetapkan dan apa yang Dia inginkan Dia akan lakukan', kerana sesungguhnya kalimat 'seandainya' itu membuka kepada amalan syaitan".

(Hadis Riwayat Muslim)



6. Melihat "kelebihan" bukan kekurangan diri.

  • Lihatlah orang yang di bawah dari segi kehidupan dunia, misalnya dalam kurniaan rezeki kerana dengan begitu kita tidak akan meremehkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita.

Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Lihatlah orang yang di bawah kamu dan jangan melihat orang yang di atas kamu kerana dengan (melihat ke bawah) lebih mudah untuk kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada kamu."

(Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)



7. Jangan mengharap ucapan terima kasih manusia.

  • Ketika melakukan sesuatu kebaikan, jangan mengharapkan ucapan terima kasih ataupun balasan manusia. Berharaplah hanya kepada Allah.
  • Kata bijak pandai, jangan mengharapkan ucapan terima kasih kerana umumnya manusia tidak pandai berterima kasih.
  • Malah ada hukama' berkata, "Sekiranya kita mengharapkan ucapan terima kasih daripada manusia nescaya kita akan menjadi orang yang sakit jiwa."

Firman Allah swt : "Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu hanyalah kerana Allah semata-mata, kami tidak berkehendakkan sebarang balasan daripada kamu atau ucapan terima kasih." (Surah Al-Insan : 9)


Jadi setelah kita mengetahui akan kaedah-kaedah menggapai kebahagiaan melalui Al-Quran dan Sunnah, marilah sama-sama kita amalkan dalam kehidupan seharian. Moga-moga kebahagiaan itu milik kita di dunia dan di akhirat. Hakikatnya kebahagiaan itu datangnya daripada Allah. Oleh itu gantungkanlah harapan kita dalam mencapai kebahagiaan itu kepada Allah swt. Ingatlah kebahagiaan yang hakiki adalah bila kita mendapat keredhaan Allah dan berjaya membeli syurga Allah swt di akhirat kelak.

Cara Islam Meraih kebahagiaan Hakiki

Berikut ini poin-poin penting untuk mencapai kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat, yang senantiasa didambakan oleh setiap insan:

1.    Beriman dan beramal shalih

الَّذِينَآمَنُواوَلَمْيَلْبِسُواإِيمَانَهُمْبِظُلْمٍأُولَئِكَلَهُمُالْأَمْنُوَهُمْمُهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)

2.    Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama

- Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,

وَإِنَّكَلَعَلىخُلُقٍعَظِيمٍ

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)

فَبِمَارَحْمَةٍمِنَاللَّهِلِنْتَلَهُمْوَلَوْكُنْتَفَظًّاغَلِيظَالْقَلْبِلَانْفَضُّوامِنْحَوْلِكَفَاعْفُعَنْهُمْوَاسْتَغْفِرْلَهُمْوَشَاوِرْهُمْفِيالْأَمْرِ

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159)

-Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,

وَتَعَاوَنُواعَلَىالْبِرِّوَالتَّقْوَىوَلَاتَعَاوَنُواعَلَىالْإِثْمِوَالْعُدْوَانِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)

- Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)

3.    Memperbanyak dzikir dan merasa selalu disertai Allah

Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.

- Firman Allah Ta'ala:

الَّذِينَآَمَنُواوَتَطْمَئِنُّقُلُوبُهُمْبِذِكْرِاللَّهِأَلَابِذِكْرِاللَّهِتَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)

- Perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.

اللَّهُمَّإِنِّيأَسْأَلُكَخَيْرَهَاوَخَيْرَمَاجَبَلْتَهَاعَلَيْهِوَأَعُوذُبِكَمِنْشَرِّهَاوَمِنْشَرِّمَاجَبَلْتَهَاعَلَيْهِ

"Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).

4.    Menjaga kesehatan

- Kesehatan fisik: Islam sangat menghargai kehidupan fisik manusia. Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada sebab yang dibenarkan syari'at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa membahayakan badan dan kesehatannya. Allah Ta'ala berfirman, "dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." (QS. Al An'am: 151 dan al Isra': 33)

وَيُحِلُّلَهُمُالطَّيِّبَاتِوَيُحَرِّمُعَلَيْهِمُالْخَبَائِثَ

". . dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk . . " (QS. Al A'raaf: 157)

5. Berusaha meraih materi yang mendatangkan kebahagiaan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Islam tidak mengingkari urgensi  meteri untuk merealisasikan kebahagiaan. Hanya saja, semua materi ini bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai sarana saja. Banyak nash menguatkan kenyataan ini, di antaranya firman Allah Ta'ala,

قُلْمَنْحَرَّمَزِينَةَاللَّهِالَّتِيأَخْرَجَلِعِبَادِهِوَالطَّيِّبَاتِمِنَالرِّزْقِ

"Katakanlah: 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al A'raaf: 32)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "sebaik-baik harta adalah yang dimiliki hamba shalih." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "di antara unsur kebahagiaan anak Adam: istri shalihah, tempat tinggal luas, dan kendaraan nyaman."

6. Memanajemen waktu, karena waktu adalah modal utama manusia selama hidup di dunia.

Allah Ta'ala berfirman,

يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوالَاتُلْهِكُمْأَمْوَالُكُمْوَلَاأَوْلَادُكُمْعَنْذِكْرِاللَّهِوَمَنْيَفْعَلْذَلِكَفَأُولَئِكَهُمُالْخَاسِرُونَ . وَأَنْفِقُوامِنْمَارَزَقْنَاكُمْمِنْقَبْلِأَنْيَأْتِيَأَحَدَكُمُالْمَوْتُفَيَقُولَرَبِّلَوْلَاأَخَّرْتَنِيإِلَىأَجَلٍقَرِيبٍفَأَصَّدَّقَوَأَكُنْمِنَالصَّالِحِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?'." (QS. Al Munaafiquun: 9-10)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal: Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja; Hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya; Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak." (HR. Tirmidzi )

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits lain,

نِعْمَتَانِمَغْبُونٌفِيهِمَاكَثِيرٌمِنْالنَّاسِالصِّحَّةُوَالْفَرَاغُ

"Ada dua nikmat yang mayoritas orang merugi pada keduanya, yaitu (nikmat) sehat dan waktu luang." (HR. Al Bukhari dari Ibnu Abbas)



7 Tips Mendapatkan Kebahagiaan


Ibnu Abbas seorang sahabat Rasulullah pernah ditanya tentang kebahagiaan, beliau menjawab ada tujuh tanda kebahagiaan hidup seseorang di dunia.

1. Pertama, qalbu syakir yaitu hati yang selalu bersyukur. Bersyukur kepada Allah dan menerima apa yang dia dapatkan untuk digunakan demi kebaikan. Orang yang pandai bersyukur maka ia akan cerdas memahami kasih sayang Allah, apapun yang diberikan-Nya selalu bernilai dan membuat dekat kepada-Nya.

Ia selalu menerima keputusan Allah dengan positif, jika ditimpa kesulitan maka ia ingat dengan sabda Rasulullah: kalau sedang dalam kesulitan, maka perhatikan orang yang lebih sulit dari dia.

Bila diberi kemudahan, maka ia sadar bahwa itu adalah ujian dan semakin bersyukur, jika bersyukur maka Allah akan menambah nikmat dan kemudahan yang lebih besar daripada nikmat yang telah diterima.

2. Kedua, al-Azwaj al-shalihah, pasangan hidup yang saleh, menciptakan suasana rumah yang nyaman dan menurunkan keluarga yang saleh. Pada hari kiamat nanti seorang suami akan diminta tanggungjawabnya dalam membimbing istri dan anak. Tentu berbahagia menjadi istri dari suami yang saleh, yang selalu mengajak kepada kebaikan, dan berbahagia menjadi suami dari istri yang tulus selalu mendampingi.

3. Ketiga, al-aulad al-abrar, anak-anak yang saleh.

Anak yang senantiasa berbakti dan mendoakan kedua orangtua. Rasulullah ketika selesai melakukan tawaf bertemu dengan seorang pemuda yang lecet dipundaknya. Kemudian beliau bertanya wahai pemuda kenapa pundakmu itu?

Pemuda tersebut menjawab, aku mempunyai ibu yang sudah tua, ibuku itu tidak mau jauh dariku, aku sangat menyayanginya. aku selalu melayani dan menggendongnya ketika aku selesai salat dan istirahat.
Kemudian pemuda itu bertanya apakah dia termasuk orang yang bakti kepada orangtua.

Kemudian Rasulullah menjawab, engkau termasuk anak yang saleh dan berbakti, akan tetapi kebaikan yang kamu lakukan tidak sepadan dengan cinta orangtuamu kepadamu. Cinta orangtuamu tidak terbalaskan hanya dengan itu.

4. Keempat, al-bi‘ah al-sholihah, lingkungan yang baik dan kondusif untuk keimanan, lingkungan yang mengingatkan dan mendorong kepada kebaikan. Mengenal siapapun untuk dijadikan teman tidaklah dilarang, namun untuk menjadikan sebagai sahabat karib haruslah orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan.

Rasulullah menganjurkan kita untuk bergaul dengan orang saleh, yaitu orang yang mengajak kebaikan dan mengingatkan jika berbuat salah. Karena orang saleh itu memiliki pancaran cahaya yang dapat menerangi orang-orang di sekelilingnya.

5. Kelima, al-mal al-halal yaitu harta yang halal.

Islam tidak melarang orang menjadi kaya, tetapi yang penting adalah kualitas harta bukan kuantitas harta. Rasulullah bersabda: Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.

14 abad lebih, setelah Rasulullah menyatakan hadis ini, kita sedang menyaksikan sebuah kenyataan dimana orang sangat berani melakukan korupsi, penipuan, penggelembungan nilai proyek, pemerasan, penyuapan, pengoplosan BBM, produksi barang bajakan, dan sebagainya.

Banyak orang yang menjadi korban, bahkan tak jarang orang mengatakan “mencari yang haram aja sulit apalagi yang halal”. Rasulullah pernah bercerita tentang seorang yang sedang dalam perjalanan panjang, rambutnya kusut, pakaiannya kotor. Ia berdoa sambil mengangkat tangan, namun Rasulullah mengatakan bagaimana doamu dapat dikabulkan jika makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal yang kau miliki didapat dari yang haram, karena sesuatu yang haram penyebab ditolaknya doa dan ibadah.

Rasulullah itu miskin dalam artian tidak mempunya harta yang berlebih. Beliau itu ternyata kaya raya, memiliki harta yang lebih, tapi walaupun begitu hidup beliau tidak kaya atau sangat sederhana.

Mengapa demikian karena beliau zuhud dengan kekayaannya. Zuhud di sini dalam artian bukan tidak boleh memiliki harta yang berlimpah, tapi hakikatnya hati tidak terkait atau cinta dengan harta itu. Jadi kita pun patut mencontoh Rasul, kita harus kaya tapi kita tidak boleh mencintai kekayaan kita itu.

Kalau kaya kita bisa bersedakah, berinfak lebih banyak dari orang yang kekayaannya sedikit, bisa berhaji, bisa buat pesantren dan lembaga pendidikan, memberi peluang kerja bagi gelandangan dan pengemis.

6. Keenam, tafaqquh fi al-din, semangat mempelajari agama. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengkaji, mempelajari dan mengamalkan ilmu-ilmu agama. Semakin belajar ilmu agama maka hidup manusia akan terarah. Hanya dengan ilmu, amal manusia bernilai pahala.

Semakin belajar semakin cinta agama, semakin cinta Allah dan rasul-Nya, cinta ini yang akan mententramkan hatinya.

7. Ketujuh, umur yang berkah. Semakin tua semakin mulia, semakin banyak amal kebaikan, hidup yang diisi hanya untuk kebahagian lahiriah semata, hari tua akan diisi dengan kekecewaan, berangan-angan bahagia sementara tubuh semakin renta dan tidak sanggup mewujudkan angan-angan tersebut.

jakarta 2/12/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman