Selasa, 16 Desember 2014

HASANAH DUNIA-AKHIRAT




MAU HIDUP BERKAH ?

فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

"Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan." (QS. Al-Ankabut: 17)

Rasulullah SAW pernah memberi nasihat kepada para sahabatnya. "Hendaklah kalian merasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya." Para sahabat menimpali, "Alhamdulillah, kami sudah merasa malu kepada Allah, ya Rasul."

Rasul lalu menyatakan, "Tidak, kalian belum merasa malu. Orang yang betul-betul merasa malu di hadapan Allah hendaklah menjaga kepala berikut isinya (pikiran positif), menjaga perut berikut isinya (makanan dan minuman yang halal dan thayib), dan mengingat mati serta musibah. Siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat, hendaklah meninggalkan perhiasan dunia. Siapa yang sudah melakukan itu semua, berarti telah betul-betul memiliki rasa malu." (HR Tirmidzi).

Muqaddimah

Kehidupan umat manusia, secara materi, sekarang sudah mencapi tarap yang sangat hebat. Manusia merasakan berbagai kenikmatan hidup dan melihat berbagai macam keindahan hasil karya mereka. Walau demikian, dalam kehidupan yang maju secara meteri ini, bukan berarti mereka lebih bahagia dibanding orang-orang yang hidup sebelum mereka. Bukan berarti mereka lebih bisa menikmati hidup, lebih merasa aman, dan lapang dada. Apa sebab semua itu? Karena mereka kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan paling penting, yang menjadi inti dari hidup ini, yaitu barakah. Apa manfaat usaha yang kosong dari barakah? Umur yang kosong dari barakah? Ilmu yang tak bermanfaat? Makanan dan minuman yang tidak menjadi daging dan tidak menghilangkan lapar?

Mencari rizki dan bekerja disyariatkan. Tetapi seorang muslim dalam kerja dan usahanya tetap bersandar dan bertawakkal kepada Tuhannya. Ia sangat yakin, dirinya tak akan mendapat rizki kecuali apa yang sudah Allah bagi untuknya. Rizki yang sudah Allah tentukan untuknya pasti akan diperolehnya dengan jalan apa itu yang tak seorangpun mampu untuk menahannya. Hal ini sebagaimana bacaan zikir yang dituntunkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sesudah shalat,

اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ

"Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Pola Hidup Bertaqwa

Sesungguhnya berkah/barakah bukan dengan banyaknya harta ataupun kedudukan terhormat, tidak pula dengan anak atau ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi. Tetapi berkah itu adalah sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang damai dan tentram, hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan pembagian Allah, dan menerima semua takdir-Nya.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga memerintahkn mencari rizki dan menganjurkan untuk bekerja. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda –saat ditanya tentang pekerjaan yang paling utama-:

عَمَلُ الرَّجُلُ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ

Pekerjaan seseorang yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan setiap perdagangan yang baik.” (Hadits shahih li ghairihi. Riwayat al-Bazzar, sebagaimana dalam Kasyful Astar: 2/83/1257, dari Rifa’ah bin Rafi’)

Mencari rizki dan bekerja disyariatkan. Tetapi seorang muslim dalam kerja dan usahanya tetap bersandar dan bertawakkal kepada Tuhannya. Ia sangat yakin, dirinya tak akan mendapat rizki kecuali apa yang sudah Allah bagi untuknya. Rizki yang sudah Allah tentukan untuknya pasti akan diperolehnya dengan jalan apa itu yang tak seorangpun mampu untuk menahannya. Hal ini sebagaimana bacaan zikir yang dituntunkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sesudah shalat,

اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ

"Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Banyak Jalan Meraih Keberkahan Rizki

Jika seorang muslim bercita-cita mendapatkan barakah dalam rizkinya, pasti akan mendapatkan banyak jalan. Al-Qur'an dan al-Sunnah telah menerangkan hal itu. Di antara sebab-sebabnya adalah:

1.Takwa kepada Allah merupakan sebab utama rizki diberkahi dan hidup menjadi tentram. Allah 'Azza wa Jalla  berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raf: 96)

2.memperbanyak istighfar.

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

"Dan (Hud berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa"." (QS. Huud: 52)

Dalam hadits disebutkan,

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

"Siapa yang kontinyu beristighfar maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

3.membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya. Sebabnya, Allah telah jadikan Kitab-Nya sebagai sesuatu yang diberkahi.

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat," (QS. Al-An'am: 155)

4.menjaga shalat bisa mejadi sebab turunnya barakah dan datangnya rizki, karena ia merupakan sebab untuk kebaikan dunia dan akhirat. Allah 'Azza wa Jalla  berfirman,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 32)

5.Bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah dan mengakui karunia dan pemberian-Nya. Sesungguhnya rizki yang kita peroleh, semuanya dari pemberian-Nya. Maka jika kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal maka Allah akan memberkahi rizki kita. Allah 'Azza wa Jalla  berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." (QS. Al-Ibrahim: 7)

6.memperbanyak shadaqah dan menjauhi praktek riba. Allah 'Azza wa Jalla  berfirman,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (QS. Al-Baqarah: 276)

7.qana'ah dan ridha dengan pembagian Allah, tidak melihat kepada orang yang di atasnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sungguh telah beruntung orang yang memeluk Islam, diberi rizki yang cukup, dan Allah menganugerahkan sifat qanaah kepadanya terhadap pemberian-Nya." (HR. Ahmad)

Ikhtitam

Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.” (Al-Mudatstsir [74] : 1-6). Salah satu penyakit yang seringkali menghinggapi kita selepas mengerjakan amal ibadah adalah anggapan bahwa seakan-akan kita telah sukses mengerjakan amal ibadah yang besar dengan harapan ingin mendapatkan imbalan yang lebih besar lagi.

Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Mawardi menyampaikan, “Ada lima makna yang terkandung dalam ayat ini; Pertama, janganlah engkau memberi lalu berharap mendapatkan ganti yang lebih banyak darinya. Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Qatadah. Kedua, maknanya janganlah berharap-harap mendapatkan pahala yang banyak dari Allah atas amal ibadahmu. Pendapat ini disampaikan oleh Hasan Al-Bashri. Ketiga, jangan berharap balasan dari manusia atas kenabian yang diberikan kepada Muhammad. Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Zaid. Keempat, jangan melipatgandakan amalan hanya lantaran ingin mendapatkan balasan yang lebih banyak. Pendapat ini diungkapkan oleh Mujahid. Kelima,  jangan melakukan amal ibadah agar dilihat manusia.”

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki! Ketahuilah, sesungguhnya seorang jiwa tidak akan mati kecuali telah sempurna rizkinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki. Ambil yang halal dan tinggalkan yang haram." (Disebutkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 2866)
Jakarta 17/12/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman