Senin, 05 Januari 2015

AQIDAH SEKULARISME

MEMAHAMI Sukularisme,Liberalisme,Kapitalisme?


قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: “Katakanlah:”Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya;dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [QS. Al-An’am: 162-163]
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu (hendaklah ia mengubahnya) dengan lisannya, jika tidak mampu, dengan hatinya. Akan tetapi, yang demikian itu (dengan hati) adalah selemah-lemahnya iman” [HR Muslim].
Sabda Rasulullah SAW:
[man tasyabbaha bi qawmin fahuwa minhum]
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut.” [HR. Abu Dawud].
Muqaddimah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) meminta pemerintah memahami terlebih dahulu makna dari radikalis. Sehingga, pemerintah tidak selalu menyudutkan agama sebagai hal yang membawa radikalisme di Indonesia. 

Menurut juru bicara HTI, Ismail Yusanto, seharusnya pemerintah lebih memfokuskan masalah besar lainnya dibandingkan dengan isu radikalis. Ia berpendapat masalah liberalisme, kapitalisme dan sekulerisme yang sebenarnya harus dibasmi terlebih dahulu. "Ketiga hal tersebut jelas lebih berbahaya dibandingkan radikalisme," kata Ismail kepada ROL, Senin (5/1).
Pendapat itu disampaikan Ismail guna menanggapi larangan guru dan dosen agama asing mengajar di Indonesia. Meski pemerintah menunjukkan pelarangan ini ke semua agama, Ismail menduga kuat hal ini ditunjukkan kepada umat Islam.

Dugaan ini karena mayoritas agama yang dianut di Indonesia, yakni Islam. Jadi, Ismail yakin pemerintah ingin menyudutkan umat Islam.

"Seolah-olah agama, terutama umat Islam itu pemberi masalah besar bagi Indonesia," sebut dia.
Penganut Sekulerisme dan Kapitalisme ?
Islam sebagai sebuah ideologi yang utuh dianggap musuh bagi Amerika, karena Islam sebagai sebuah ideologi sangat bertolak belakang dengan ideologi kapitalisme yang kini dianut Barat. Sekalipun Islam belum memiliki kemampuan untuk menerapkan ideologi tersebut di bawah bingkai negara, tetapi Amerika menyadari betul peningkatan kerinduan umat terhadap institusi pelaksana syariah di bawah Khilafah terus bergulir di berbagai penjuru dunia. 

Untuk itulah, Amerika Serikat mencoba memberikan pemahaman Islam ala mereka, lalu memberikan label radikal dan moderat. Mereka yang menginginkan syariah diterapkans secara utuh dan membenci penjajahan Amerika atas tanah kaum Muslim dianggap radikal, dan mereka yang menerima Barat dan ide-idenya dianggap moderat.
Ide sekularisme dan kapitalisme pun dicengkramkan ke tengah-tengah generasi melalui berbagai media. Sekularisme adalah ide pemisahan agama dari negara dan kehidupan sebagai ide dasar bagi ideologi kapitalisme. Ide inilah yang menjadi cikal bakal munculnya berbagai tindakan rusak di kalangan remaja, seperti pergaulan bebas, tawuran dan perilaku menyimpang lainnya. 

Demikianlah, sakitnya sebagian umat akibat lemahnya mereka terhadap pemahaman Islam yang utuh. Tercebur dalam strategi Amerika Serikat dengan kampanye "perang melawan terorisme" yang tiada lain "perang melawan Islam" (Syabab.Com)
Hal senada dikemukan Hizbut Tahrir Indonesia dalam komentar politiknya terkait ungkapan KPAI tersebut yang menegaskan bahwa itu merupakan tuduhan dan fitnah terhadap Islam.
"Tuduhan dan fitnah kepada Islam secara gegabah. Padahal yang kasat mata saat ini adalah ideologi kapitalis-liberal dan demokrasinya, bukan hanya bahaya tapi telah terbukti menjerumuskan kehidupan pribadi dan masyarakat dalam berbagai krisis dan tragedi multidimensi," tegasnya seperti dikutip dari situs mereka. [m/f/mi/htipress/syabab.com]
Liberalisme adalah sebuah ajaran tentang kebebasan. Isme ini lahir seiring dengan lahirnya aqidah sekularisme. Jadi Liberalisme adalah anak kandung Sekularisme.Ia bersaudara dengan Kapitalisme dan Demokrasi. Ia mengajarkan akan kebebasan manusia dalam hal apa saja. Kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan berperilaku dan kebebasan kepemilikan. Dari liberalisme ini muncullah gerakan-gerakan baru yang mengatas namakan gerakan memperjuangkan HAM, Hak Asasi Manusia.
Liberalisme, yang sekarang ini dianut oleh negara-negara Barat dan seluruh pengikutnya, berawal dari adanya kompromi yang terjadi antara pihak agamawan (gereja Eropa) dan golongan Ilmuwan (scientist) Eropa yang tidak puas dengan adanya aturan-aturan yang diberlakukan pihak gereja dalam masyarakat.. Kesepakatan itu isinya adalah pemisahan antara urusan akhirat yang diberikan wewenangnya kepada pihak agamawan, sedangkan urusan dunia diserahkan sepenuhnya kepada pihak masyarakat pada umumnya. Pemisahan agama dari kehidupan inilah yang menjadi awal lahirnya sekularisme.(wanitamuslimah.com site)
Paradigma Islam
Nabi Muhammad SAW pernah menyebutkan bahwa orang kaya atau kapitalis harus membayarkan zakat kepada kaum miskin (mustadafin) atau dhuafa/sosialis sebelum kaum miskin menolak zakat orang kaya tersebut dengan mengatakan bahwa yang mereka perlukan adalah darah orang kaya atau kata lain sebelum revolusi sosial komunis.
Antara kebenaran dan kebaikan harus diseimbangkan, contoh misalnya ada sebuah pemerintahan yang baik (good government) tentunya melindungi pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar jalan protokol sehingga trotoar jalan protokol menjadi kotor. Sedangkan dalam pemerintahan yang benar dalam pembersihannya (clean government) mengusir pedagang kaki lima dari trotoar jalan protokol sehingga dzalim dan menimbulkan keresahan. Maka dibutuhkan keseimbangan dalam menjalankannya agar tidak merusak lingkungan dan dzalim terhadap kaum lemah.
Arti Sekulerisme
Sekularisme (secularism) secara etimologis menurut Larry E. Shiner berasal dari bahasa Latin saeculum yang aslinya berarti “zaman sekarang ini” (the present age). Kemudian dalam perspektif religius saeculum dapat mempunyai makna netral, yaitu “sepanjang waktu yang tak terukur” dan dapat pula mempunyai makna negatif yaitu “dunia ini”, yang dikuasai oleh setan.(1. Lihat Larry E. Shinner, “The Concept of Secularization in Empirical Research”, dalam William M. Newman, The Social Meanings of Religion, (Chicago : Rand McNally College Publishing Company, 1974), hal. 304-324.)
Setelah itu, pengertian sekularisme secara terminologis mengacu kepada doktrin atau praktik yang menafikan peran agama dalam fungsi-fungsi negara. Dalam Webster Dictionary sekularisme didefinisikan sebagai:
“A system of doctrines and practices that rejects any form of religious faith and worship.”
(Sebuah sistem doktrin dan praktik yang menolak bentuk apa pun dari keimanan dan upacara ritual keagamaan)
Atau sebagai:
“The belief that religion and ecclesiastical affairs should not enter into the function of the state especially into public education.”
(Sebuah kepercayaan bahwa agama dan ajaran-ajaran gereja tidak boleh memasuki fungsi negara, khususnya dalam pendidikan publik).(3. Lihat “Islam Vs Secularism”, Al Jumuah, [The Friday Report], vol III, no. 10, (http://www.islaam.com.)
Jadi, makna sekularisme, secara terminologis, adalah paham pemisahan agama dari kehidupan (fashlud din ‘an al hayah), yakni pemisahan agama dari segala aspek kehidupan, yang dengan sendirinya akan melahirkan pemisahan agama dari negara dan politik.(4. Lihat Mahmud Abdul Majid Al Khalidi, Qawaid Nizham Al Hukm fi Al Islam, (Kuwait : Darul Buhuts Al Ilmiyah, 1980), hal. 73.
Paradigma Liberalisme Kapitalis
Manusia ingin hidup bebas (liberal), maka pengawasan manusia atas manusia haruslah dikurangi. Sehingga protes menyuarakan hidup dan kehidupan dilontarkan. Contohnya kebebasan berpendapat, bergaul, beragama, berpikir, menulis, mencari nafkah, berkumpul, dan eksistensi.
Kelompok liberalis menganggap bahwa penertiban dan peraturan kurang manusiawi dan terlalu sentralistis, tidak demokratis, privasi, dan hak asasi manusia. Sehingga lebih jauh mereka menuntut hal-hal berikut:
a. Mengumpulkan kekayaan secara bebas
b. Persaingan bebas dalam berpolitik
c. Pasar bebas dalam perdagangan
d. Kehidupan bebas dalam pergaulan
e. Pemerintahan yang bebas.
Dari prinsip inilah menyebabkan pemerintahan liberal melahirkan sebuah kebebasan yang tak terbatas, sehingga tindak asusila tidak jarang untuk ditemui di pemerintahan seperti ini. Baik itu kaum homosex (pasangan sejenis) yang lazim di istilahkan sepasang pengantin berdasi, tidak hanya itu lebih jauh ditemukan banyaknya pembuatan film cabul, pelacuran terang-terangan, penjualan senjata api dan kebebasan memilikinya, perjudian resmi yang dilindungi oleh negara dan merupakan salah satu pemasukan negara.
Kapitalis lahir dari prinsip fundamental (dasar) yang dikembangkan oleh pemilik modal dalam berdagang. Akibatnya timbul keuntungan tanpa batas dan bersaing secara bebas serta menguasai alat produksi masyarakat misalnya :
a. Menumpuk barang dan jasa
b. Pemilikan modal untuk segala jenis perdagangan
c. Produksi besar-besaran dengan mesin modern
d. Eksploitasi tenaga manusia dan sumber alam
Inilah kemudian disebutkan oleh Francis Fukuyama bahwa pada akhir kehidupan pun diperlukan kapitalisme liberal walaupun manusia tinggal satu orang (the end of history and the last man).
Kegagalan Ekonomi Kapitalisme
Kapitalisme sebagai sistem ekonomi juga merupakan anak kandung sekularisme. Prinsip-prinsip yang diajarkannya seperti kebebasan individu, persaingan bebas, mekanisme pasar, dan sebagainya ternyata telah menghancurkan dunia. Kalaupun ada yang untung, itu hanya dinikmati oleh mereka yang kuat. Sedangkan mayoritas manusia yang lemah, harus rela menderita dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan penderitaan akibat kapitalisme. Hal ini bisa dibuktikan, baik di AS maupun di belahan bumi lainnya. Berikut sekilas data-datanya*15. Sumber Data : The International Forum on Globalization, Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan, (Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2003).
Kritik Atas Sekularisme
Umat Islam wajib menolak sekularisme, paling tidak karena 4 (empat) alasan berikut, yaitu:
Pertama, sekularisme adalah ide yang tidak memuaskan akal. Dengan kata lain, sekularisme tidak sejalan dengan akal (nalar) sehat manusia. tapi lebih didasarkan pada sikap jalan tengah.
Kedua, sekularisme tidak sesuai dengan fitrah manusia, karena sekulerisme menempatkan manusia pada posisi Tuhan yang Maha berkuasa untuk mengatur kehidupan manusia yang sedemikian kompleks. Padahal manusia adalah makhluk yang lemah untuk bisa mengatur kehidupan manusia.
Ketiga, sekularisme telah melahirkan berbagai ide yang gagal dalam praktik yang malah menimbulkan penderitaan pedih pada manusia, misalkan ide demokrasi dan ekonomi kapitalisme.
Keempat, sekularisme bertentangan dengan Islam.
Argumen pertama hingga ketiga, adalah berupa dalil-dalil yang rasional (dalil aqli). Sedang argumen keempat, adalah berupa dalil-dalil naqli (dalil syar’i).
Namun bagi seorang muslim, sesungguhnya tak mungkin secara ideologis menerima sekularisme. Karena Islam memang tak mengenal pemisahan agama dari negara. Seorang muslim yang ikhlas menerima sekularisme, ibaratnya bagaikan menerima paham asing keyakinan orang kafir, seperti kehalalan daging babi atau kehalalan khamr. Maka dari itu, ketika Khilafah dihancurkan, dan kemudian umat Islam menerima penerapan sekularisme dalam kehidupannya, berarti mereka telah terjatuh dalam dosa besar karena telah menyerupai orang kafir (tasyabbuh bi al kuffar).
Sabda Rasulullah SAW:
[man tasyabbaha bi qawmin fahuwa minhum]
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut.” [HR. Abu Dawud].
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah mengatakan dalam syarahnya mengenai hadits ini:
“Hadits tersebut paling sedikit mengandung tuntutan keharaman menyerupai (tasyabbuh) kepada orang kafir, walaupun zhahir dari hadits tersebut menetapkan kufurnya bertasyabbuh dengan mereka…”23. Ali Belhaj, Ad Damghah Al Qawiyyah li Nasfi Aqidah Ad Dimuqrathiyah, hal. 19.

Dengan demikian, pada umat Islam menerapkan sekularisme dalam pemerintahannya, maka mereka berarti telah terjerumus dalam dosa karena telah menyerupai orang Kristen yang memisahkan urusan agama dari negara.*24. Ash Shan’ani, Subulus Salam, IV/175. (Nauzhu billah min dzalik!)
Ikhtitam
Aqidah Sosialisme, Kapitalisme, dan Islam

Definisi aqidah yang telah diuraikan di atas, dapat digunakan sebagai kerangka umum untuk menganalisis aqidah dari masing-masing ideologi. Aqidah sosialisme adalah materialisme, aqidah kapitalisme adalah sekularisme, sedang aqidah Islam adalah Aqidah Islamiyah.
Aqidah sosialisme, termasuk komunisme, adalah materialisme, yaitu pandangan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan merupakan materi belaka, dan bahwasanya materi menjadi asal dari segala sesuatu. Dari perkembangan dan evolusi materi inilah benda-benda lainnya menjadi ada. Tidak ada satu zat pun yang terwujud sebelum alam materi ini (Taqiyuddin An Nabhani, 1953).
Dari seluruh uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa sekularime wajib ditolak oleh kaum muslimin, karena sekularisme tidak masuk akal, tidak sesuai fitrah manusia, melahirkan kemudharatan dalam praktiknya, serta bertentangan dengan Islam.(Neopluck.blogspot.com)
Sekularisme adalah ide kufur yang wajib dihancurkan oleh kaum muslimin. Sekulerisme adalah thaghut yang kita telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut itu. Sekulerisme wajib dihapuskan dari muka bumi, dalam segala bentuk dan manifestasinya.

JAKARTA 6/1/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman