Rabu, 07 Januari 2015

BERSIH ITU SEHAT




BERSIH LAHIR BATHIN

فَطَهِّر  وَثِيَابَكَ
“Dan pakaianmu bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4)
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orang
yang mermbersikan diri”. ( QS. Al baqoroh:222 ).
Bersihkanlah badan. Maka allah akan membersihkan kamu. Maka sesungguhnya seorang ‘abdi (muslim )yang tidur dalam keadaan bersih /suci kecuali tidur bersamanya, pada rambut-rambutnya, malaikat yang tidak ada hentinya mendoa kannya, ya allah ampunilah, abdimu ini karena sesungguhnya ia tidur dalam ke adaan bersih atau suci. (HR. Thabrani, ibnu hibban)
Muqaddimah
Agama dan ajaran Islam menaruh perhatian amat tinggi pada kebersihan, baik lahiriah fisik maupun batiniyah psikis. Kebersihan lahiriyah itu tidak dapat dipisahkan dengan kebersihan batiniyah. Oleh karena itu, ketika seorang Muslim melaksanakan ibadah tertentu harus membersihkan terlebih dahulu aspek lahiriyahnya. Ajaran Islam yang memiliki aspek akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak ada kaitan dengan seluruh kebersihan ini. Hal ini terdapat dalam tata cara ibadah secara keseluruhan. Orang yang mau shalat misalnya, diwajibkan bersih fisik dan psikisnya. Secara fisik badan, pakaian, dan tempat salat harus bersih, bahkan suci. Secara psikis atau akidah harus suci juga dari perbuatan syirik. Manusia harus suci dari fahsya dan munkarat.
Tak perlu lagi di perdebatkan mengenai manfaat menjaga kebersihan dalam hidup kita. Membiasakan hidup bersih baik dari kotoran, najis, maupun hadas merupakan pangkal kesehatan. Lebih khusus adalah bagi kesehatan jasmani dan rohani seorang hamba Allah yang senantiasa beribadah kepada-NYA.  Ingat, bersih dan suci merupakan persyaratan ibadah. Bersuci dan membiasakan diri hidup bersih pun merupakan sifat terpuji yang membuktikan bahwa derajat manusia lebih tinggi disbanding makhluk lain.
Pikiran melahirkan tindakan, tindakan melahirkan kebiasaan, dan kebiasaan melahirkan karakter. Teori itu bisa diterapkan dimana saja. Tak terkecuali dalam bentuk karakter “cinta kebersihan”. Nah, pertama, kita sdah memahami landasan yang masuk akal sebagai motivasi untuk selalu menjaga kebersihan dan kesucian. Jadi modal berupa pikiran sudah kita miliki. Selanjutnya, sebelum melahirkan kebiasaan, mau tak mau kita harus memaksa diri untuk  melakukannya. Agar pikiran dapat terwujud dalam bentuk tindakan. Maka, hal
hal kecil yang mendukung perilaku hidup bersih dan suci pun harus segera dilaksanakan sebisa mungkin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa nomor 47 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah untuk mencegah kerusakan lingkungan.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Ni'am Shaleh mengatakan fatwa ini dikeluarkan sebagai wujud tanggung jawab sosial keulamaan untuk memlihara lingkungan hidup yang didasari pada berbagai fenomena bencana dan kerusakan lingkungan.

Bencana dan kerusakan lingkungan hidup tersebut disebabkan perilaku masyarakat yang tidak ramah terhadap lingkungan. Salah satunya dengan membuang sampah sembarangan.

"MUI melakukan ikhtiar untuk memberikan kontribusi keagamaan di dalam menjaga kelestaraian lingkungan dengan melakukan aktifitas positif dengan kajian kegamaan terkait pengelolaan sampah. Ini salah satu latar belakangnya," ujar Asrorun Ni'am Shaleh kepada Republika, Rabu (7/1).
Allah dan Rasul-NYA memerintahkan kepada kita untuk bersuci dari najis dan hadas , serta mencintai kebersihan. Kali ini kita mempelajari  najis dan hadas, cara mensucikannya, hikmah-hikmah bersuci , serta  manfaat hidup bersih.
Bersih itu indah. Tentu sejak kecil  kita semua selalu mendapatkan ajaran seperti itu. Secara bertahap , kita juga semakin paham bahwa kebersihan bukan hanya berefek pada keindahan , melainkan juga pada kesehatan. Sangat masuk akal , mengigat banyak penyakit merembak karena kotoran. Maka, slogan yang muncul setelah ‘bersih itu indah” adalah “kebersihan pangkal kesehatan”.
Lambat laun, kita juga diajari tentang pemahaman agama. Dua semboyan diatas berlanjut “kebersihan termasuk iman”.  Jadi, sudut pandang kita bukan lagi sekedar keindahan dan kesehatan , tapi juga keimanan kepada tuhan. Nah, semakin “dalam”, bukan?
Mungkin banyak mengira bahwa slogan “kebersihan termasuk iman”  semata merupakan buah kebijaksanaan para leluhur  kita yang bijak bestari. Eit, jangan salah ya, bukan main-main, slogan itu sebenarnya merupakan sabda Muhammad saw., nabi utusan allah. Jadi, perintah kepada kita untuk senantiasa menjaga kebersihan benar-benar sangat terkait dengan upaya peningkatan kualitas iman dan taqwa.
Anjuran Bersih Lahir – Bathin
Menurut Prof .Dr. M. Aburrahman MA bahwa kebersihan merupakan salah pokok dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya, walaupun makhluk tersebut dinilai kotor. Pembersihan diri tersebut, secara fisik misalnya, ada yang menggunakan air, tanah, air dan tanah. Bagi manusia membersihkan diri tersebut dengan tanah dan air tidak cukup, tetapi ditambah dengan menggunakan dedaunan pewangi, malahan pada zaman modern sekarang menggunakan sabun mandi, bahkan untuk pembersih wajah ada sabun khusus dan lain sebagainya. Pada manusia konsep kebersihan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikhis, sehingga dikenal istilah kebersihan jiwa, kebersihan hati, kebersihan spiritual dan lain sebagaianya.
الاسلام نظيف فتظفوا فانّه لايد خل الجنّة الاّ نظيف{رواه البهقي
Artinya: islam itu agama yang bersih, maka jagalah kebersihan. Sesngguhnya tidak masuk surge kecuali orang-orang yang bersih. {H.R.BAIHAQI}
Hadist rasulallah saw, menerangkan tentang betapa pentingnya kebersihan dan perlunya usaha mewujudkan kebersihan, antara lain:
Kebersihan itu sebagian dari iman ( HR Muslim )
Agama itu di bangun diatas kebersihan ( HR. Al-Ghazali )
Sesungguhnya islam itu bersih, hrndaklah kamu mewujudkan kebersihan karena sesungguhnya tidak akan masuk sorga kecuali orang yang bersih (HR Khatib)
Sesungguhnya Allah itu bersih, Ia cinta kebersihan ( HR Turmudzi )
Kebersihan jasmani seorang muslim, tidak hanya menghilangkan najis, beristinja dan berwudhu saja, tetapi harus membersihkan badan secara menyeluruh dengan mandi. Membersihkan diri dengan mandi menjadi suatu kewajiban dalam rangka pelaksanaan ibadah manakala seseorang junub. Selain dari itu, umat Islam dianjurkan untuk mandi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ibadah tertentu, misalnya :
1.  Shalat Jumat, Shalat Idul Fitri dan Idul Adha, Shalat Istisqa, Shalat Khauf dan
Shalat   Khusuf
2. Orang yang usai memandikan mayat
3. Orang yang baru menganut agama Islam
4. Orang gila atau orang pingsan yang baru sadarkan diri
5. Orang yang akan memulai berihram (untuk ibadah haji atau umrah)
6. Orang yang akan memasuki kota suci Mekah
7. Orang yang akan wukuf di Arafah
8. Orang yang akan mabit di Muzdalifah
9. Orang yang akan melontar jumrah
10. Orang yang akan thawaf
Artinya: “ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.”
attaubah:103

Manfaat dan Hikmah Bersuci dari Najis.
Najis adalah kotor lawan dari suci dan berkaitan dengan dua hal yaitu hadats dan khubts. Sedangkan menurut bahasa penggunaan istilah najis berlaku untuk sesuatu yang kotor baik bersifat hissy/dapat diindera seperti kencing maupun yang bersifat maknawi/tidak dapat diindera seperti dosa.
Bersuci dari najis memiliki manfaat dan hikmah antara lain :
• Mendidik manusia agar senantiasa hidup bersih
• Menjaga kebersihan berarti menjaga diri dari penyakit
• Menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri dari penyakit
• Menjadi cermin keimanan seseorang
• Mendidik manusia berakhlak mulia
• Meningkatkan citra diri ddan kualitas hidup.
Manfaat dan Hikmah Bersuci dari Hadats
Hadats adalah suatu kejadian atau perbuatan yang menyebabkan seseorang secara hukum kotor/najis dan harus disucikan saat akan melakukan ibadah mahdhah seperti shalat. Bersuci dari hadats berarti mensucikan badan dari hadats besar maupun kecil dengan cara tertentu yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Bersuci dari hadats dilakukan dengan wudhu’, mandi, atau tayammum.

Ikhtitam
Kebersihan merupakan suatu yang amat fitri bagimakhluk hidum, utamanya makhluk bernyawa. Dalam ajaran Islam kebersihan saja belum cukup, tetapi harus disertai kesucian, Dalam kebrsihan yang ada kalanya menggunakan istilah thaharah atau tazkiyah semuanya berkaitan dengan kebersihan dan kecusian, baik hissiyah maupun ma’nawwiyah, bahkan digunakan lafal fitrah. Konsep kebersihan yang amat jami (konprehensif) dalam Islam, belum dimaknasi secara kontekstual dalam rangkan membangun kebersihan dalam raga dan jiwanya. Maka dalam upaya membangun keseimbangan ini agaknya konseptualisasikebersihan dan kesucian harus digalakkan. Adalah naïf jika hanya sebelah antara kebersihan dan kesucian. Ini barangkali yang mengakibatkan mengaapa orang Islam sering bersuci tetapi tidak bersih atau yang lain non-Muslim mereka tak suci tetapi bersih. Yang jelas Rasul adalah “Tokoh Kebersihan, Kesucian, dan Pelestarian Lingkungan
Oleh Karena itu kita sebagai umat islam yang ajaran islam begitu banyak perhatiannya tenatang kebersihan, selayajknya kita dapat merealisasikan Kebersihan tersebut dalam kehidupan yang realitas yang kita jalani sehari-hari. Demi untuk mempetahankan kesehatan serta memperindah kehidupan dalam bermasyarakat, sebab Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian,maupun kebersihan tempat tinggal, lingkungan.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orang
yang mermbersikan diri”. ( QS. Al baqoroh:222 ).
Jakarta 8/1/2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman