Jumat, 26 Juni 2015

RUMUS LAILATUL QADAR




RAHASIA LAILATUL QADAR ?


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad SAW sabdanya: “Barangsiapa menghayati malam Lailatul Qadar dengan mengerjakan solat dan pelbagai jenis ibadat yang lain, sedang ia beriman dan mengharapkan rahmat Allah Taala, nescaya ia diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari).

Muqaddimah
Pada dasarnya Rasulullah Muhammad SAW banyak beribadah Qiyamu Ramadhan dan menganjurkan mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan yang pada sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh tengahnya adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka. Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah SWT.

Hanya saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:

Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)

Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha:

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.”
Kapan Malam Kemuliaan terjadi ?
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:
Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Rasulullah bersabda:
“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:

Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak shalat keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27).”
Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan lailatul qadar, dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan as Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.

Menurut Imam Al Ghazali Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadan :

1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadan

2. Jika malam pertama jatuh pada Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadan

3.Jika malam pertama jatuh pada Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadan

4.Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan

5.Jika malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.
Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqh Syafi’iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama’ yang telah menemui Lailatul Qadar. Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin; juga terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; Tafsir Shawi; kitab I’anah at-Thalibin II/257; Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya Hasyiah 'Ala Ibn Qasim Al Ghazi juz I halaman 304; as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya I'anatuth Thalibin Juz II halaman 257-258; juga kitab Mathla`ul Badrain karangan Syaikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathoni.
Menurut Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani, "Pendapat terpilih berdasarkan himpunan dalil-dalil bahawa, dijadikan Lailatul Qadar itu tetap berlaku pada malam sepuluh akhir Ramadhan, kemudian pada malam ganjilnya, tidak ditetapkan melalui tanda-tandanya yang khusus, sebagaimana petunjuk dalil-dalilnya yang jelas.  (Fathul Bari, 4/260)

Di dalam Kitab Fath al-Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari menyebutkan ada 46 pendapat ulama mengenai bila berlakunya Lailatul Qadar.

Menurut Imam Syafie, Lailatul Qadar termasuk dalam 10 hari yang terakhir Ramadhan, pada malam yang ganjil iaitu malam ke 21. Imam at-Turmudzi menyatakan dalam kitabnya Sunan Turmudzi, bahawa Imam Syafie menyatakan; "Dan riwayat (hadits) yang paling kuat di antara hadits-hadits (tentangnya) pada pandanganku ialah ia pada malam dua puluh satu." (Tuhfatul Ahwazi, juz 3, m/s 424)

Imam Abdul Razzaq telah meriwayatkan dalam kitabnya al-Musonnaf, bahawa Sayyidina Umar r.a pernah memanggil para sahabat untuk membincangkan bilakah malam lailatul qadar, dan akhirnya mereka sepakat bahawa ia adalah pada sepuluh malam yang terakhir.
Hal sama dikatakan oleh Ibn Hazm bahawa Lailatul Qadar itu ada kalanya pada malam 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadan. Sementara menurut jumhur ulama, Lailatul Qadar berlaku pada malam yang sama pada setiap Ramadan iaitu pada malam 27 Ramadan. Ini berdasarkan hadis Rasulullah daripada Ubai bin Ka'ab yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan hadis dari Mu'awiyah yang diriwayatkan Abu Dawud. "Saya mendengar Rasulullah bersabda carilah Lailatul Qadar itu pada malam 27."

Ibnu Abbas berkata bahawa surah al-Qadr itu terdiri daripada 30 kalimah. Kata salamum hiya (selamat sejahteralah malam itu) berada pada kalimah yang ke-27. Oleh itu Ibnu Abbas menyatakan bahawa malam al-Qadar berlaku pada malam ke-27.

Sementara ulama lain seperti Ahmad Marzuk dan Ibnu Arabi berpendapat bahawa Lailatul Qadar itu berlaku pada malam Jumaat ganjil pada 10 malam terakhir Ramadan.

Tanda-Tanda Lailatul Qadar ?
Berikut ini adalah tanda-tanda malam Lailatul qadar menurut hadits-hadits dan apa yang berlaku pada sahabat.

1 - Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lazatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lain.

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (Surah Al-Qadr)
2 - Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi syaitan)
Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi syaitan)” (Hadits Riwayat at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
3 - Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya.

Dari Ubay bin Ka’ab r.a, bahawasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar..” (Hadits Riwayat Muslim)
6 - Bulan nampak separuh bulatan.

Abu Hurairah r.a pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Siapakah dari kalian yang masih ingat apabila bulan muncul, yang berukuran separuh dulang.” (Hadits Riwayat Muslim)

5 - Udara dan suasana pagi yang tenang.

Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tenteram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang matahari terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadits Hasan)

6. Kadang-kadang terbawa dalam mimpi.

Seperti yang kadang-kadang dialami oleh sebahagian sahabat Nabi radhiallahu ’anhum.

Syeikh Yusuf Khattar Muhammad menyatakan hikmah tidak ditentukan Lailatul Qadar secara jelas adalah supaya kita sentiasa melakukan ibadah kepada Allah pada setiap malam dalam bulan Ramadhan khususnya pada 10 malam yang terakhir.

"Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari yang terakhir. Namun jika salah seorang dari kamu tidak mampu, maka jangan sampai terlepas pada hari ketujuh yang terakhir." (Hadits Riwayat Muslim)

Aisyah r.a mengatakan : "Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, yang ertinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan." (Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
Ikhtitam
Menurut Prof Wahbah al-Zuhayli, sebab dirahsiakan Lailatul Qadar supaya umat Islam sentiasa berusaha beribadah pada setiap malam Ramadan tanpa menumpukan pada satu malam saja. Ini kerana setiap malam pada Ramadan memiliki hikmah dan rahsia tersendiri.

Namun dalil yang paling kuat mengenai Lailatul Qadar adalah hadis daripada Aishah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari."Carilah sedaya-upaya kamu Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam ganjil pada akhir Ramadan." Perbezaan pendapat sahabat dan ulama ini sebenarnya adalah satu kenyataan bahawa tidak ada satu dalil jelas yang menunjukkan bila malam ini berlaku. Tetapi sahabat dan ulama bersepakat dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Aishah tadi bahawa malam itu berlaku pada sepuluh malam ganjil akhir Ramadan.

Sumber:1.http://babanasibah.blogspot.com
2.http://unikversiti.blogspot.com
3.http://www.nu.or.id
Jakarta 26/6/2015

1 komentar:

  1. Subhanallah, terima kasih ya Allah telah memberikan petunjuk kepada kami. Limpahkanlah keberkahan bagi pemilik situs ini

    BalasHapus

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman