Selasa, 04 Agustus 2015

HIDUP MULIA




BERTAQWA HIDUP MENJADI MULIA ?


وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah: 197)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq: 2-3)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Al-Thalaq: 4)
Muqaddimah
Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi, Wiqayatan, yang berarti perlindungan. Taqwa berarti melindungi diri dari segala kejahatan dan kemaksiatan.
Pengertian taqwa diantaranya adalah “Imtitsalu awamirillah wa ijtinabu nawakhihi” atau melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam suatu riwayat yang shahih disebutkan bahwa Umar bin Khattab r.a. bertanya kepada sahabat Ubay bin Ka’ab r.a. tentang taqwa. Ubay balik bertanya,
“Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh duri?”
“Ya”, jawab Umar
“Apa yang anda lakukan saat itu?”
“Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.”
“Itulah taqwa.” kata Ubay bin Ka’ab r.a.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan dalam buku Ruhaniyatud Daiyah, “Taqwa lahir sebagai konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh,keimanan yang selalu dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut dengan azab Allah serta berharap atas limpahan karunia dan maghfirahnya.”
Sayyid Quthub juga berkata “Inilah bekal dan persiapan perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya selalu terjaga,waspada,hati-hati serta selalu dalam konsentrasi penuh…Bekal cahaya yang menerangi liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang yang bertqwa tidak akan tertipu oleh bayangan semu yang menghalangi pandangannya yang jelas dan benar…Itulah bekal penghapus segala kesalahan,bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketentraman,bekal yang membawa harapan atas karunia Allah;di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal tak lagi berguna…”
Perintah Taqwa ?
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ، "اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ"  - رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح
Rasulullah SAW bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan susullah kejahatan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulihah manusia dengan akhak terpuji.’ (HR. Turmudzi dan ia berkata, ‘Ini adalah hadits hasan’ dan di sebagian kitab disebutkan sebagai hadits hasan shahih).

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ - رواه الترمذي
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang hal apakah yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga? Beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’ Lalu beliau ditanya tentang hal apakah yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka? Beliau menjawab, ‘Lisan dan kemaluan.’ (HR. Turmudzi)
عَنْ أَبِى طَرِيْفٍ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ الطَّا ئِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِيْنٍ ثُمَّ رَأَى أَتْقَى لِلَّه  مِنْهَا فَلْيَأْتِ التِّقْوَى . رَوَاهُ مُسْلِمْ.
Dari Abu Tharif Adiy bin Hatim - رَضِىَ الله عَنْهُ -, katanya: Aku mendengar Rasulullah - صلّى الله عليه وسلّم - bersabda: “Barangsiapa bersumpah dengan sungguh-sungguh (untuk melakukan atau meninggalkan suatu perkara), kemudian dia melihat hal yang lebih taqwa bagi Allah, maka hendaknya dia mendatangi (hal yang) taqwa itu.” (HR Muslim)
اِتَّقُوْا اللَّهَ وَصَلُّوْا خَمْسَكُمْ، وَصُوْمُوْا شَهْرَكُمْ، وَأَدَّوْا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَأَطِيْعُوا أُمَرَاءَكُمْ، تَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
Bertaqwalah kalian kepada Allah, shalatlah yang lima waktu, puasalah di bulan kalian, tunaikan zakat harta kalian, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian akan memasuki surga Tuhan kalian.” (Tirmidzi di Kitab Shalat, hadits hasan shahih).
Makna Taqwa ?
Para ulama telah mejelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa. Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan : Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan [Al-Mufradat Fi Gharibil Quran, hal 531]
Dalam Minhajul abidin Al Ghazali membagi definisi taqwa menjadi tiga :
Pertama, taqwa yang berarti takut, Alloh berfirman :واياي فاتقون (dan hanya kepadakulah kalian harus takut ).
Kedua, taqwa bermakna taat, sesuai dengan firman Alloh Ittaqulloh Haqqo tuqootih, Ibnu Abbas menafsirkannya dengan  athiulloha haqqo thooatih.
Ketiga, taqwa yang berarti tanziihul qulub 'anidz dzunuub ( membersihkan hati dari segala dosa),
Imam al-Ghazali membuat kesimpulan : Bahawa takwa itu ialah menjauhkan setiap apa yang ditakuti akan membawa mudarat kepada agama. Bandingannya ialah berpantang bagi orang yang mengidapi penyakit. Ada pun berpantang daripada melakukan perkara-perkara yang membawa kerosakan kepada agama pula ialah "bertakwa".
Definisi taqwa yang terindah adalah yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al’Anazi:

العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ

“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap azab Allah”. (Siyar A’lamin Nubala, 8/175)
Imam an Nawawi rahimahullah berkata bahwa takwa adalah istilah tentang melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyebutkan bahwa takwa artinya melakukan perintah dan meninggalkan larangan.
Thuluq ibnu Habib rahimahullah berkata tentang takwa, “engkau melaksanakan ketaatan (melaksanakan perintah), di atas cahaya dari Allah (ilmu), dengan berharap pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan maksiat terhadap Allah, di atas cahaya Allah dari Allah, karena takut terhadap hukuman Allah.”
Imam Ali bin Abi Thalib radliyallah ‘anhu berkata, “takwa adalah al Khaufu minal Jalil (takut kepada Allah yang Mahaagung), al ‘Amal bil Tanziili (mengamalkan al Qur’an dan al Sunnah), al Ridla bil Qalil (ridla atas pembagian rizki yang sedikit), dan al isti’dad liyaum al Rahiil (mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat).”
Mencapai Derajat Taqwa ?
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat taqwa, yaitu
1. Mu’ahadah
Mu’ahadah berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah SWT, bahwa dia akan selalu beribadah kepada Allah SWT. Seperti merenungkan bahwa sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah :5 “Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan”
2. Muraqabah
Muraqabah berarti merasakan kebersamaan dengan Allah SWT dengan selalu menyadari bahwa Allah SWT selalu bersama para makhluqNya dimana saja dan kapan saja. Beberapa macam muraqabah diantaranya muraqabah kepada Allah dalam melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas kepadaNya; muraqabah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total; muraqabah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmatNya; muraqabah dalam mushibah adalah dengan ridha atas ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya dengan penuh kesabaran.
3. Muhasabah
Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran surat Al Hasyr: 18, bermakna hendaknya seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan ridha Allah? Atau apakah amalnya dirembesi sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia?
Umar bin Khattab r.a. berkata,”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung (harikiamat). Di hari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang sedikitpun.”
4. Mu’aqabah
Mu’aqabah berarti memberikan sanksi kepada diri sendiri tatkala melakukan keburukan atau lalai dalam melakukan kebaikan. Sanksi itu haruslah dengan sesuatu yang mubah, tidak boleh dengan yang haram. Disebutkan, Umar bin Khattab pergi ke kebunnya. Ketika pulang didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan sholat Ashar berjamaah. Maka beliau berkata,”Aku pergi hanya untuk sebuah kebun,aku pulang orang-orang sudah sholat Ashar. Kini kebunku aku jadikan shadaqah untuk orang-orang miskin.”
Suatu ketika Abu Thalhah sedang sholat, di depannya lewat seekor burung lalu ia melihatnya dan lalai dari sholatnya sehingga lupa sudah berapa rakaat beliau sholat. Karena kejadian tersebut beliau mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang miskin sebagai sanksi atas kelalaian dan ketidak kekhusyuannya.
5. Mujahadah
Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ankabut ayat 69 adalah apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya dan menjadi sikap yang melekat dalam dirinya.
Ikhtitam
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah berdoa,

اَلَّلهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan / iffah , dan kekayaan.” (Muslim).

Sumber:1.Al-Qr’an Hadits
2.http://islamiyyah.mywibes.com
Jakarta 4/8/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman